Ini Dia Bakal Calon Rektor Universitas Telkom

Izin penggabungan Institut Teknologi Telkom, Institut Manajemen Telkom dan Politeknik Telkom ke dalam Telkom University telah keluar sejak 17 Juli 2013 berdasarkan nomor 270/E/0/2013 SK Mendikbud. Maka tahap selanjutnya adalah memilih bakal calon Rektor sebagai pemimpin Universitas Telkom dalam waktu dekat.  Bertempat di Multimedia Room Learning Centre tiga calon Rektor tampil dalam Public Hearing yang berlangsung selama dua hari,  Rabu (31/7/ 2013) hingga Kamis (1/8/2013). Mereka adalah Prof.  Ir. Mochamad Ashari, M.Eng.,PhD,  Prof.Dr.Ir Riri Fitri Sari, MM.,MSc dan Prof. Drs. Chan Basaruddin,MSc., PhD.

Prof.  Ir. Mochamad Ashari, M.Eng.,PhD

“Kebersamaan Menuju Unggul dan Bereputasi Internasional”  menjadi semangat yang diusung Prof. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng.,PhD pada Public Hearing, Rabu (31/7/2013).  Panelis saat itu di antaranya AMA Suyanto, Ahmad Tri Hanuranto, Gadang Ramantoko, Christanto Tri Wibisono,  dan A Mukti Soma. Bakal Calon Rektor merupakan salah satu guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

“Kebersamaan, unggul,  dan reputasi internasional adalah 3 kata kunci utama membangun Universitas Telkom. Kebersamaan merupakan hal utama dalam penguatan internal dan kebersamaan antar civitas academica.  Unggul melalui fungsi Tri Dharma-nya akan dapat berkontribusi pada bangsa dan lingkungan. Dengan memiliki reputasi internasional akan meningkatkan jejaring dan reputasi internasional,” papar Ashari.

Baginya,  filosofis pendidikan adalah bagaimana   memberi kontribusi sebesar-besarnya kepada negara. Kontribusi akan menjadi kekuatan pagi universitas dan otomatis akan diakui secara internasional. Pun, untuk menjadi world class university harus ditunjang dengan profesionalisme akademik yang baik.

“ Terutama dalam hal pengabdian kepada masyarakat dan kalangan industri.  Saya yakin kita akan tembus rangking dunia,” pungkasnya.

Prof.Dr.Ir Riri Fitri Sari, MM.,MSc

Prof.Dr.Ir Riri Fitri Sari, MM.,MSc menjadi satu-satunya bakal calon Rektor perempuan saat itu. Panelis saat itu AMA Suyanto, Teguh Widodo, Husni Amani,  Dede Rochidin, dan A Mukti Soma.  Dalam presentasinya, Kamis (1/8/2013), Riri mengusung semangat “Membangun   Atmosfir Akademik yang Solid”. Ia yakin dengan membangun atmosfir akademik yang solid akan menaikan reputasi Universitas Telkom.

“Atmosfir akademik dapat   terbangun ketika setiap elemen perguruan tinggi saling mendukung dan memberikan layanan dan produk terbaik. Pun saling menularkan mindset akademik dan membangun persaingan sehat,” kata Riri. Namun ia menyadari, setiap perubahan pasti akan menimbulkan dampak. Salah satunya adalah masalah culture.

“Setiap elemen punya keunggulan. Agar bisa berlari kencang setiap elemen harus sering bertemu dan berkumpul. Bersama-sama menghasilkan penelitian dan publikasi. Atau bersama-sama melaksanakan pengabdian masyarakat dengan melibatkan setiap elemen perguruan tinggi,” papar guru besar yang juga menjadi calon Rektor Universitas Indonesia itu. Rencana angka panjang jika ia terpilih menjadi rektor Universitas Telkom ia akan meningkatkan hubungan kerjasama dengan Industri. Pun, ia akan menciptakan kegiatan yang dapat menghasilkan economic value.

Akan perubahan,  Riri berharap agar Universitas Telkom menjadi perubahan nama yang terakhir. Baginya brand adalah identitas. Universitas Telkom memiliki prospek cerah untuk menjadi yang terbaik. Maka, gunakan potensi itu sebaik-baiknya.

Prof. Drs. Chan Basaruddin,MSc., PhD

“Peluang dan Tantangan untuk mengembangkan Universitas”  menjadi semangat yang diusung Prof. Drs. Chan Basaruddin,MSc., PhD pada Public Hearing, Kamis (1/8/2013).  Panelis saat itu di antaranya M. Yahya A, Heroe Wijanto, Jafar Sembiring, Budi Sulistyo, Taufan Umbara. Saat ini Prof. Drs. Chan Basaruddin,MSc., PhD adalah guru besar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang juga dicalonkan sebagai Rektor Universitas Indonesia.

“Menyoal kesuksesan suatu universitas berarti kita berbicara tentang kesuksesan mahasiswa dan dosennya. Keduanya adalah kunci keberhasilan universitas,” kata Chan.

Menurutnya, pusat inovasi itu ada di universitas.  Jika riset yang dihasilkan universitas bermanfaat bagi industri maka pembiayaan dapat diraih. Pastinya bukan berasal dari dana Coorporate Social Responsibility (CSR), melainkan dari dana riset industri itu sendiri.  Keinginan untuk menjadi universitas riset kenyataannya membutuhkan waktu yang panjang.

Chan mengaku, ia lebih tertarik dengan kegiatan pengembangan yang bermanfaat bagi Universitas ketimbang hal-hal yang berbau rangking. Untuk menjadi universitas yang inovatif harus didukung komunitas akademik. Selain itu   menjadi perguruan tinggi harus terus giat menjalin kerjaasama dengan perguruan tinggi yang memiliki kesamaan misi. –RISCA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *