Dik Doank Ajak Mahasiswa Tel-U Membaca dengan Hati

BANDUNG, TEL-U –Ditengah kemajuan teknologi yang sangat pesat ini, masih banyak anak yang tinggal di desa, terutama yang berada di pelosok, yang tidak bisa mengakses buku. Tidak jarang, untuk mendapatkan buku, anak –anak ini harus melintasi jauh desanya menuju kota – kota terdekat untuk bisa membaca buku.

Kondisi inilah yang mendorong Dik Doang, artis sekaligus pendiri sekolah alam “Kandank Jurank Doank” menghabiskan waktunya berjuang demi pendidikan yang layak bagi anak-anak desa. “(Apalagi) perintah utama yang Allah berikan kepada Rasul juga membaca” ujarnya.

Kisah ini diceritakan Dik Doang kepada para peserta talkshow bertemakan “Indonesia, Change Start Here!” yang diselenggarakan di Aula Fakultas Ilmu Terapan Telkom University (Tel-U), Sabtu (27/9). Talkshow ini merupakan rangkaian dari peringatan International Literacy Day Tel-U Open Library bekerja sama dengan Cakrawala Baca.

Selain talkshow, ada pula community exhibition dan book donation. Open Library membuka kesempatan kepada civitas academica Tel-U untuk menyumbangkan buku yang akan dibagikan kepada anak-anak yang selama ini kurang mampu dan tak bisa mengakses buku.

Dalam talkshow ini Dik Doank mengajak peserta untuk peduli terhadap kehidupan sosial dan pendidikan, dengan cara membaca dengan hati dan ikhlas. Sejarah hidupnya mencatat, Dik harus berjuang dari bawah untuk bisa mendirikan sekolah bagi anak-anak kurang mampu, yang sulit untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Kandang Jurank berawal dari keprihatinan Dik terhadap keterpurukan nasib pendidikan sebagian anak-anak Indonesia.

Dik juga ikut memotivasi para mahasiswa yang ingin ikut terlibat untuk tidak menyerah dan terus berkontribusi untuk Indonesia melalui pendidikan dan buku “Jadilah guru yang ikhlas dan hanya karena Tuhanlah kalian menjalankan tugas tersebut” ujarnya.

Sementara itu Kepala Bagian Perpustakaan Nyoman Bogi Aditya K. ST. MSEE mengungkapkan harapannya dengan terselenggaranya acara ini akan lebih meningkatkan minta baca bukan hanya mahasiswa saja tapi juga masyarakat umum. “Indonesia sudah terlalu sibuk dengan urusan politik dan saling menyalahkan, sekarang waktunya kita bergerak menunjukan bahwa masih banyak yang peduli terhadap anak –anak desa di pelosok sana yang belum bisa mendapatkan pendidikan dan buku yang bagus layaknya kita yang tinggal di perkotaan,” ujarnya. (purel/azzah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *