Bandung Creative Movement 2014, Mendorong Pergerakan Lokal dalam Era Ekonomi Kreatif

BANDUNG, TEL-U – Ekonomi kreatif adalah manifestasi dari upaya untuk melakukan perbaikan ekonomi yang sangat kompetitif dengan kreativitas sebagai sumber daya terbarukan. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif ,diperlukan kerjasama dari berbagai komponen yang mengambil bagian dalam peran-peran penting, yaitu kalangan intelektual, pengusaha dan pemerintah.

Hal ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Kreatif Industri Telkom University (FIK Tel-U) Dr Ir Agus Achmad Suhendra, M.T. dalam pembukaan “Bandung Creative Movement” yang digelar di kampus Tel-U awal pekan lalu. Ketiga komponen ini, kata Agus, dinilai sebagai tiga komponen penting yang harus berkolaborasi secara sinergis untuk memperingati era ekonomi kreatif di Indonesia.

“Kegiatan ini juga jadi media untuk memfasilitasi pergerakan lokal yang ada di Bandung, sebagai ‘Emerging Kota Kreatif,” katanya.

Acara yang digelar di Aula Fakultas Industri Kreatif ini dihadiri 3 Keynote Speaker yaitu Prof. Eku Wand Braunschweig dari University of Art – Germany, Gustaff H. Iskandar Founder of Common Room dan Reuben Sinkeldam Course Director Art and Technology – Academie Creatieve Technologie, Saxion Enschede.

International Seminar and Conference “Bandung Creative Movement 2014” ini dibagi menjadi 2 sesi. Pertama, Local Creators Go Global oleh Christiawan Lie Komukus, Director of Caravan Studio Indonesia dan Didiet Maulana Fashion Designer, IKAT Indonesia dan Tromarama Visual Artists – Contemporary Urban Culture.

Sedangkan sesi kedua yaitu Seminar Local Creative Community Heroes, diisi oleh Irvan Noe’man ITB IASR Chairman, Indonesia Power BD + A, Ria Papermoon Artistic Director and Founder of Papermoon Puppet Theatre, dan Phaerly Maviec Musadi Ratulangie Founder of Parental Advisory Baby Clothing.

Dekan FIK berharap agar kegiatan ini dapat memberikan dampak yang signifikan pada awal inovasi dan kreativitas untuk Indonesia. “Diharapkan kreativitas kita bisa muncul dari nilai-nilai tradisi dan budaya lokalitas yang secara luas dan global berkembang.” (Purel/azzah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *